Wednesday, March 23, 2011

Suatu hari, seorang pemuda diserahkan oleh bapanya kepada seorang guru sufi untuk dididik cara mengawal nafsunya.
"Siapkan bekalan. Mari ikut saya bermusafir," kata guru sufi itu sebaik sahaja pemuda itu tiba di madrasahnya.
Pemuda itu agak terkejut kerana dia masih keletihan akibat perjalanan yang jauh ke madrasah guru sufi itu.
"Apa yang perlu saya bawa?"
"Bawa pakaian sehelai dua," jawab guru sufi.
Mereka pun memulakan perjalanan yang agak jauh. Setelah agak lama,mereka menemui satu bukit yang agak tinggi.
"Kita akan mendaki bukit ini."

"Mana jalannya?"
"Kita susuri jalan di tepi lereng bukit," kata guru sufi.
"Nanti, nanti... saya sangat keletihan. Alangkah baik jika ada keldai. Kita boleh menunggangnya."
"Kamu hendak menunggang keldai? Baiklah, mari kita membelinya dahulu."
Dalam hatinya berasa lega, dia tidak akan terpaksa berjalan lagi. Dia sangat-sangat keletihan. Setelah guru sufi membeli dua ekor keldai, dia pun berkata, "Sekarang ada dua ekor keldai. Saya akan menunggang salah seekor daripadanya..."
"Dan saya akan menunggang seekor lagi," pintas pemuda itu.
"Tidak!" kata guru sufi itu.
"Mengapa?"
"Jangan bertanya, patuh saja!"
Pemuda itu terkejut, tapi tidak berani melawan.
"Habis, kita akan biarkan seekor keldai ini berjalan tanpa membawa apa-apa beban?"
"Tidak, sebaliknya kamulah yang akan memikulnya!"
"Memikul keldai menaiki bukit yang tinggi itu?"
"Ya. Pikul keldai itu dan naik ke atas bukit," jawab guru sufi itu pendek dan tajam.
Maka dengan susah payah, dia memikul keldai itu sambil menyusuri jalan di tepi lereng bukit itu. Termengah-mengah. Dia benar-benar keletihan. Sebaliknya guru sufi bersantai-santai menaiki keldainya berjalan di hadapan pemuda itu. Belum sampai separuh perjalanan,pemuda itu pun jatuh keletihan. Dia hampir pengsan. Setelah merawat si pemuda dan memberinya minuman,guru sufi itu pun berkata, "Anakku,keldai itu umpama nafsumu. Allah ciptakan nafsu untuk kau menungganginya bukan kau ditunggangi olehnya."
"Maksud tuan?"
"Dengan menurut nafsumu, kau akan disusahkannya. Jiwa, hati dan badanmu akan kelelahan. Kehendak nafsu tidak ada batas dan tidak pernah puas. Lepas satu-satu kehendak dan kerenahnya. Ini samalah dengan kau memikul keldai dan menaiki bukit yang tinggi."
Pemuda itu terdiam.
"Sebaliknya, jika kau menunggangi nafsu dengan mengawal dan menguruskannya, kau akan mendapat kemudahan dalam menjalani kehidupan. Nafsu berguna selagi dia menjadi hamba tetapi apabila dijadikan tuan, apalagi tuhan, maka hidup kita akan dihancurinya."
"Seperti saya yang memikul keldai tadi?"
"Ya. Dan lihat pula betapa mudahnya menyusuri jalan di lereng bukit itu dengan menaiki keldai. Begitulah nafsu apabila dikawal dan digunakan ke arah kebaikan."
"Ya,ya. Orang yang mengikut perintah hawa nafsunya bagaikan memikul keldai menaiki bukit!"

Friday, February 18, 2011

ERTI CANTIK YANG SEBENAR

Zaman sekarang, ramai perempuan nak kelihatan cantik, mereka sanggup ambil pelbagai risiko hanya untuk kelihatan cantik,sehinggakan ada yang sanggup membelakangkan kuasa Yang Maha Esa (Allah swt) dengan menggunakan susuk,sedangkan mereka tahu bahawa susuk itu haram.Tapi demi kecantikan yang sementara, mereka sanggup melupakan segala-galanya
Sedangkan ada cara yang sangat mudah untuk kelihatan cantik. atau menjadi muslimah yang cantik




“Muslimah cantik, menjadikan malu sebagai mahkota kemuliaannya…” (SMS dari seorang sahabat)



Membaca SMS di atas, mungkin pada sebagian orang menganggap biasa saja, sekedar sebait kalimat puitis. Namun ketika kita mau untuk merenunginya, sungguh terdapat makna yang begitu dalam. Ketika kita menyadari fitrah kita tercipta sebagai wanita, mahkluk terindah di dunia ini, kemudian Allah mengkaruniakan hidayah pada kita, maka inilah hal yang paling indah dalam hidup wanita. Namun sayang, banyak sebagian dari kita—kaum wanita—yang tidak menyadari betapa berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء



“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no. 4181. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)



Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,



الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر



“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhari Muslim, begitu pula Adz Dzahabi)



Begitu jelas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan teladan pada kita, bahwasanya rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.



Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita—yang seharusnya—menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria.



Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 228 yang artinya; ‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.



Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…



Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota ‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…



Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.



Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا



“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128) Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/191)



Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah radhiyyallahu ‘anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata,



إن كنتن مؤمنات فليس هذا بلباس المؤمنات وإن كنتن غير مؤمنات فتمتعينه



“Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.” (disebutkan dalam Ghoyatul Marom (198). Syaikh Al Albani mengatakan, “Aku belum meneliti ulang sanadnya”)



Betapa pun Allah ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di telan zaman?



فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ



“Nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13)



Wahai, muslimah…



Peliharalah rasa malu itu pada diri kita, sebagai sebaik-baik perhiasan kita sebagai wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu), kau harus menelanjangi dirimu di depan public.



Wahai saudariku muslimah…



Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…



Jogja, Jumadil Ula 1431 H



Penulis: Ummu Hasan ‘Abdillah



Muroja’ah: Ust. Muhammad Abduh Tuasikal



Referensi:



Yaa Binti; Ali Ath-Thanthawi



Al Hijab; I’dad Darul Qasim



***



Artikel muslimah.or.id


UNTUK ISTERI-ISTERI BAKAL-BAKAL ISTERI ADA 25 PERKARA YANG ANDA PERLU TAHU PASAL LELAKI

25 Perkara yang tidak disukai suami

1. Memperkecil suami dihadapan orang lain antara sedar dan tidak. Walaupun ianya benar ie. "hubby i tu kan kan.. siang ikan pun dia tak tau.. bla bla bla "

2. Menggangu suami dengan menelefon dia terlampau selalu sangat dan selalu dimasa yang salah. ie. "hello abang ada meeting ker tu, sorry la cuma nak cakap.. malam nih kita masak sardine jer .. ok tak "

3. Terlalu suka mengemas rumah / mengalihkan barang sampai suami tak jumpa barang-barang yang disimpan beliau.. ie. "kita dah simpan screw drebar tu kat dalam stor, entah la kat atas shelf mana satu.."

4. Mengambil muka surat atau bahagian tertentu dari surat khabar dan menyusun surat khabar dengan cara yang amat salah.. sampai tidak dijumpa mana-mana seksyen yang hendak dibaca. ie. "bang, sport section tu ayang dah buat bungkus belacan.."

5. Memotong mana-mana bahagian majalah dan juga suratkhabar atau apa-apa bahagian dari mana-mana printed matter sampai berlubang sana sini dan sisuami tak sempat baca/tengok ie. "eh.. kita suka la news pasal new peti ais tu.. kita dah potong simpan ..."

6. Menyuruh suami agar membeli itu dan ini dalam perjalanan balik dari opis, sedangkan nak pergi pasar/supermarket cuma esok sahaja atau baru semalam telah ke pasar. ie. "bang.. semalam kita lupa beli garam, gula beras dan susu budak .... boleh singgah tak mana mana .. pleaze "

7. Tidak memberi arahan/instruction yang jelas kepada suami bila menyuruh dia membeli sesuatu dan kemudian memarahkan/menyalahkan suami. ie. "saya kata beli susu cair dan gula melaka, apsal awak beli susu pekat dan gula pasir ... kan lain tu"

8. Membuat temujanji dan aktiviti sosial tanpa mendapat persetujuan suami terlebih dahulu ie. "i dah confirm malam Jumaat nih nak dinner kat rumah cik minah, you tak ada program tahlil kat mana mana kan ?? "

9. Mengubah barang, tempat buku atau tools atau apa-apa setting di PC tanpa memberitahu suami. ie. "screensaver u tentang gambar 1500cc harley tu i dah tertukar jadi gambar bunga ros..."

10. Bercakap/bersembang di telefon dengan kawan-kawan sewaktu malam selepas
10 pm bilamana nak beristirehat dan ber... ber.... ie. " pot pet pot pet pot pet pot pet pot pet pot .."

11. Menjemput tetamu atau sesiapa sahaja datang kerumah tanpa izin suami. ie. "malam nih i jemput lina dan anum datang dinner rumah sebab hubby dia orang outstation, ok kan kan kan "

12. Berpakaian kusut masai dengan t-shirt terkoyak dan kain batik lusuh dan rambut tak terurus serupa langsuyar dan muka tak bermekap serupa mayat dirumah... tapi cukup segak dan cun bila nak keluar rumah. ie. ".. oh baju-baju cantik tu cuma untuk ke kenduri kawin dan dinner jer, kat rumah pakai jeans koyak pun ok kan bang .."

13. Mengambil masa yang cukup lama bila bersiap macam pengantin bila nak keluar kemana-mana dan membuatkan suami tertunggu dan terus tertidur. ie. " sorry la i tak tau baju kurung mana nak pakai la so kena pilih betul betul .."

14. Dengan sengaja atau tidak sengaja terlupa menyuruh maid atau diri sendiri membasuh atau mensterika baju atau seluar yang telah dipilih untuk dipakai dihari berkenaan. ie. " eh baju tu masih berendam dalam besen lagi.. nak pakai jugak ke baju basah tu.."

15. Dengan sengaja atau tidak sengaja menyebelahi anak anak bila suami sedang hot dengan budak budak tu.. ie. ".. eh biarlah budak budak tu pergi slumber party, bukan nak tinggal rumah kawan dia tu seminggu.."

16. Tidak suka mandi dan bersiap awal pada hari cuti dan hanya bersiap bila nak dekat asar sahaja. ie. ",, nak mandi buat apa awal awal bukan nak pergi jalan jalan mana pun.."

17. Suka melengah lengah kan masa bila nak bersolat berjemaah atau beribadat dengan melencong ke dapur, bilik budak budak atau buat benda benda lain. ie. ".. awak solatlah dulu, saya nak abiskan memasak nih.."

18. Mengganggu suami yang sedang tengah tengok tv. ie. "pasukan manchester tu sampai mati tak akan dapatkan kalahkan liverpool, mari tolong saya potong ayam nih.."

19. Asyik bercerita tentang diri sendiri tanpa memberi peluang pada suami untuk bercerita jugak. ie. " u tau tak kat opis tadi, i rasa nak tembak client tu u tau tak.. then lagi, waktu balik tadi nasib baik tak langgar .. then lagi u tak tak ... then today.. then tadi.. u tau tak... semalam u nak tau.... bla bla bla bla."

20. Membebel dan berleter tak renti-renti tentang hal-hal yang amat kecil dan di ulang tayang semula tiap tiap hari. ie. " i dah kata jangan kasi budak budak tu handphone, kan sekarang dah ... bill bla bla bla bergayut bla bla bla bla... ini semua salah you "

21. Memfitnah dan menuduh suami tanpa usul periksa. ie. " eh cik abang, awak nih ada affair ke apsal sms beep beep beep tak henti henti nih... betina mana pulak awak nak nih..."

22. Menceritakan hal rumah tangga pada orang lain. ie. ".. eee u tau tak hubby i tu..."

23. Dengan sengaja atau tidak, gagal memasak masakan yang suami nak makan. ie. ".. apsal u tak cakap tadi kata u nak makan gulai kari dan rojak pasembor... i dah masak gulai asam pedas dan rojak singapore .."

24. Meminjamkan harta-benda suami pada orang lain tanpa kebenaran. ie. ".. adik u datang tadi nak pinjam mouse, sebab dia punya dah rosak.."

DAN AKHIR SEKALI

25. Sengaja melengahkan untuk masuk tidur tanpa sebab-sebab yang munasabah. ie. ".. you tidurlah dulu, i nak habiskan tengok drama nih dulu then nak kacau tepung siap siap untuk breakfast dan nak masukkan pakain dalam laundry then kemudian nak tanam padi belakang rumah then nak menuai sekali....."

Kepada semua isteri2 dan bakal isteri tu pandai2 la ambik hati suami, jangan bagi chance langsung untuk diorang cari alasan...


Benih-Benih Kebaikan

Hanya berkongsi perkara yang saya tahu>sye mgaku yg ini sye mengambil dr satu pcisan @laman web untuk
dikongsikan bersama



Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
“Mencari ilmu adalah benih keimanan. Jika keimanan bertemu dengan pencarian ilmu tadi maka akan membuahkan amalan sholih.

Berbaik sangka kepada Alloh adalah benih perasaan butuh kepada-Nya. Jika keduanya bertemu akan membuahkan terkabulnya do’a.

Rasa takut adalah benih kecintaan. Jika keduanya bertemu akan mewariskan kepemimpinan dalam agama. Alloh ta’ala berfirman:
“Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” QS. As-Sajdah ; 24

Benarnya sikap mencontoh Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam merupakan benih keikhlasan. Jika keduanya bertemu akan membuahkan diterima dan diperhitungkannya amalan.

Amal adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka akan terwujud kemenangan dan kebahagiaan. Jika terpisah satu dengan yang lainnya tidak akan memberi manfaat apa-apa.

Kelembutan adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka akan diraih kepemimpinan di dunia dan di akhirat, dan akan terwujud pemanfaatan lmu dari orang ‘alim. Jika salah satu terpisah dari yang lainnya maka akan hilang manfaat dan pemanfaatan ilmu tersebut.

Kesungguhan adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka pemiliknya akan meraih kebaikan dunia dan akhirat, dan akan mencapai puncak tertinggi dari setiap posisi yang mulia. Maka tertinggalnya seseorang dari kesempurnaan-kesempurnaan tadi bisa jadi karena tidak adanya ilmu, bisa jadi pula karena tidak adanya kesungguhan.

Niat yang baik merupakan benih sehatnya akal. Jika tidak ada niat yang baik maka hilang seluruh kebaikan. Jika keduanya (niat yang baik dan akal yang sehat) bertemu maka akan diraih kemenangan dan bagian yang banyak. Jika tidak ada maka yang didapatkan adalah kehinaan dan kerugian.

Jika didapati suatu kecerdasan tanpa adanya keberanian, maka hal itu merupakan sifat penakut dan kelemahan. Jika ada keberanian tanpa didukung dengan kecerdasan maka yang ada kekacauan dan kerusakan.

Kesabaran adalah benih ilmu. Jika keduanya bertemu maka seluruh kebaikan pada pertemuan keduanya.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
“Jika engkau ingin melihat orang yang berilmu tetapi tidak punya kesabaran maka lihatlah dia. Dan jika engkau ingin melihat orang yang sabar tetapi tidak punya ilmumaka lihatlah dia. Dan jika engkau melihat orang yang sabar dan berilmu, itulah orang yang berbahagia.”

Nasehat adalah benih bagi akal. Semakin kuat nasehat maka akal semakin kuat dan bercahaya.

Mengingat dan berfikir keduanya merupakan benih bagi yang lainnya. Jika keduanya bertemu maka akan melahirkan sikap zuhud terhadap dunia dan kecintaan kepada akhirat.

Ketaqwaan adalah benih tawakkal. Jika keduanya bertemu maka hati akan menjadi istiqomah.

Mengambil (memanfaatkan) karunia adalah persiapan untuk bertemu dengan istana yang diangankan. Jika keduanya bertemu maka seluruh kebaikan pada pertemuan keduanya, serta kejelekan pada perpisahan keduanya.

Benih dari ketinggian citacita adalah niat yang benar. Jika keduanya bertemu seorang hamba akan mencapai puncak keinginannya.

[Al-Fawaid / 405]